Langka…. Dan Kualitas Tersendiri
PESATNYA perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa-bangsa barat menjadi salah satu faktor penentu majunya ilmu kedokteran. Namun terdapat fakta sejarah yang patut kita cermati, jauh sebelum pihak barat membanggakan penemuan-penemuan mereka dalam dunia kedokteran, pihak Timur/Persia ternyata lebih dahulu menggunakan dan mengembangkan ilmu-ilmu dasar kedokteran.
Paradigma ilmu kedokteran “Barat” dalam ilmu pengobatan, mempengaruhi batasan-batasan yang disebut “ilmiah”. Efeknya, metode pengobatan apa pun yang tidak sesuai dengan batasan tersebut, dikategorikan sebagai pengobatan alternatif. Hal ini merupakan pengekangan paradigma berpikir, bahwa semua penemuan baru mengikuti sistem tertutup yang dibuat oleh bangsa-bangsa babrat, khususnya dalam bidang kedokteran ini.
“Jiwa adalah kekuatan”
Kanker adalah perubahan sifat genetik yang terjadi pada sel DNA, RNA,RMA. Jumlahnya kurang lebih 100 ribu hingga 150 ribu inti sel pembangun tubuh manusia, yang tadinya sehat (normal) menjadi tidak sehat (abnormal). Inti sel DNA, RNA, RMA, tersebut berasal dari perpaduan genetik kedua orang tua yang diturunkan kepada anak-anaknya. Adakah obat atau terapi kanker secara uji klinis (ilmiah) yang ditemukan dunia kedokteran “Barat” yang mampu merubah sifat genetik abnormal pada manusia?
Jawabannya belum ada. Sampai hari ini, dunia kedokteran “Barat” belum mampu menemukan pengobatan untuk penyakit kanker. Baik itu kanker payudara, kanker otak, kanker serviks, kanker rahim, kanker paru-paru, dan lain-lain. Pengobatan kedokteran yang sudah ada sekarang ini, sifatnya untuk memperingan beban pasien sementara waktu. Seperti dengan adanya kemoterapi, radiology, operasi, atau bahkan amputasi. Ternyata, terapi tersebut dapat menimbulkan tekanan psikologi atau trauma pada penderita.
Belum lagi jika kita membahas hepatitis, diabetes melitus dan gagal ginjal. Semuanya seolah-olah tidak pernah diperbincangkan secara ilmiah dalam dunia kedokteran “Barat”. Seolah-olah semua permasalahan tadi dijawab dengan teknologi atau peradaban modern. Apakah ini jawaban dari dunia kedokteran “Barat”? pantaskah manusia disamakan dengan teknologi? Bukankah manusia berada diatas nufus (perhitungan) dan teknologi adalah pendukung. Itulah jawabannya. Menurut Bapak Kedokteran Dunia Ibnu Sina, jiwa adalah kekuatan.
Obat Alami
Jauh sebelum obat-obatan sintetik digunakan, bahan-bahan alami telah lama dimanfaatkan manusia sebagai obat untuk berbagai macam penyakit. Seiring dengan perkembangan teknologi dan tuntutan masyarakat terhadap kalangan medis, dibuatlah obat-obatan sintetis yang diproduksi secara masal dengan kualitas yang dibakukan. Kemudian diketahui bahwa obat-obatan sintetis ternyata memiliki sejumlah efek samping yang kadang kala justru lebih merugikan dari penyakit utama yang akan diobati.
Ditengah berkembangnya penyakit-penyakit baru, diketahui bahwa pada dasarnya penyakit ini sudah pernah ada dan terjadi jauh sebelum ilmu kedokteran “Barat” mengkategorikan nama dari sebuah penyakit. Seperti halnya penyakit kanker atau perubahan sifat genetik yang sehat menjadi tidak sehat (abnormal). Hal ini sudah pernah terjadi pada jaman Nabi Luth AS. Saat itu, kedokteran “Timur” (Persia) sudah menguasai penyakit dan pengobatannya.
Pada zaman 600 SM, Bangsa Mesir sudah melakukan berbagai penelitian sederhana tentang obat dengan proses alami dan kandungannya. Terbukti dengan ditemukannya berbagai resep obat yang ditulis di atas paphyrus tentang penyakit dan tata cara pembuatan obatnya. Diketahui, hampir 75% bahan obatnya terdiri dari hewani dan serangga. Selebihnya tumbuhan serta alkohol atau khamar sebagai pelarut.
Bahkan, seorang Dokter Islam terkemuka abad ke-10, Ibnu Sina, sempat mencengangkan dunia lewat buku “Canon Medicinae” serta buku-buku lain yang merupakan ilmu termahal pada dunia farmasi dan kedokteran. Seperti halnya pembuatan obat yang bersifat senyawa kimia alami, bukan berarti herbal atau tumbuhan. Karena, tidak mungkin di padang pasir atau Mesir ada tumbuhan.
Pembuatan obat tersebut membutuhkan waktu dan ketelitian yang sangat tinggi. Bahan yang digunakan ataupun tata cara pembuatannya, bias dibuktikan secara ilmiah. Pembuktiannya diambil dari 80 hadis thibbun nably yang shahih. Isinya berkaitan dengan ilmu kedokteran dan semuanya bersumber pada kitab suci yang diturunkan ALLAH SWT kepada manusia. Sayangnya, buku-buku asli tersebut sudah banyak dimusnahkan atau berpindah tangan. Bahkan diterbitkan buku palsu dengan judul yang seolah-olah buku kedokteran Persia atau Timur, identik dengan herbal atau ilmu tumbuhan.
“Canon Medicinae Indonesia”
Kitab “Canon Medicinae” adalah dasar dari ilmu kedokteran. Pembuatan obatnya merupakan senyawa kimia dengan prose salami didukung perhitungan akurat dan berbagai ilmu.
Di Indonesia, judul buku tersebut bahkan telah diadopsi menjadi nama suatu lembaga yang bergerak di bidang kesehatan atau pengobatan, yaitu yang dahulu bernama Poliklinik GR SETRA “Canon Medicinae Indonesia” sekarang berubah menjadi Rumah Sakit Komplementer “Canon Medicinae Indonesia”. Dasar-dasar pengobatan yang diberikan RUMAH SAKIT “Canon Medicinae Indonesia” pada pasien, disesuaikan dengan ilmu “Canon Medicinae” yang asli.
Jauh sebelum berdirinya, RUMAH SAKIT “Canon Medicinae Indonesia” sudah membuat berbagai formula, salah satunya formula aktif untuk memutus inti sel DNA Kanker. Hal ini menjadi kelebihannya disbanding system pengobatan di tempat lain yang umumnya megandalkan obat sintetik atau obat ekstrak herbal (tumbuhan).
Menurut para ahli medis dan herbalis RUMAH SAKIT “Canon Medicinae Indonesia”, bahan-bahan obat yang digunakan sangat langka, karena tidak semuanya tersedia di pasaran, terkadang harus memesan dari luar (impor).
Hampir setiap hari RUMAH SAKIT “Canon Medicinae Indonesia” ramai dikunjungi para penderita penyakit kanker, stroke, tumor, diabetes militus, ginjal, hepatitis, dari berbagai segala penjuru. Ternyata bukan formula anti kanker saja yang terkenal di RUMAH SAKIT “Canon Medicinae Indonesia”, bahkan bubur sarang waletnya juga terkenal mujarab dan mampu menyelesaikan permasalahan pengobatan berbagai macam penyakit tersebut.
Pembuatan racikan senyawa kimia alami supaya menjadi formula aktif untuk memutus sel DNA Kanker tidaklah mudah. Untuk proses pembuatannya, membutuhkan waktu 1,5 tahun, termasuk penguburan bahan obat dengan kedalaman 6 meter di bawah permukaan tanah. Fungsinya, agar bahan aktif tersebut mendapatkan katalis dari kekuatan energivitas bumi dan menjadi senyawa kimia alami yang sangat sempurna. Sekaligus terprogram hanya untuk memutus sel DNA Kanker (formula yang sangat dibutuhkan). Begitu juga bahan obat untuk penyakit Diabetes Mellitus dan Gagal Ginjal. Prosesnya sama, yang berbeda hanya bahan racikan yang digunakan. Seperti sarang walet, sungu badak, janin badak, semut api, minyak akar delima, dan lain-lain. Semuanya tanpa efek samping.
Bagi pembaca yang masih memerlukan informasi lebih lanjut atau ingin berkonsultasi silakan datang ke Rumah Sakit Komplementer “Canon Medicinae Indonesia”. Dan apabila Anda berminat ingin berobat, mengetahui lebih lanjut silahkan lihat, datang, tanyakan, buktikan sendiri atau konsultasikan segera diri Anda ke Jalan Tubagus Ismail VII No.21 Dago Kota Bandung Provinsi Jawa Barat – INDONESIA Phone: +62 - (022) 253-1000 / Fax. (022) 251-6663 / Mobile: +62 – 0812.2023.2009 (Ginjal) / +62 – 0878.9537.5000 (Diabetes Mellitus) / +62 – 0856.9518.6000 (Kanker) / +62 - 0822.1848.2898 (Jantung) PIN Blackberry: 7E8C39F5 (UMUM), 7EBA27CF (KANKER), 7E7C3491 (GINJAL) (Rumah Sakit Komplementer Canon Medicinae Indonesia hanya ada di Kota Bandung – Provinsi Jawa Barat – INDONESIA).
Team Farmasi RS Komplementer Canon Medicinae Indoesia – Bandung – Jawa Barat - INDONESIA